MASALAH CINTA LAGI
Cinta semestinya membuat lo menjadi lebih ceria, kuat, kreatif dan bersemangat.
Kalau gara-gara cinta, lo jadi murung, lemah, melempem bahkan hancur, pasti ada yang salah dengan cinta lo. Atau memang lo yang cengeng.
Cuma laki-laki lemah yang menangis untuk masalah cinta.
Indramayu, 26 Mei 2015
Tulisaja
Blog ini dengan sadar dibuat untuk menampung muntahan isi kepala yang seringkali lumer dan meleleh berupa tulisan yang kadang jelas kadang samar, kadang cerah kadang suram, kadang riang kadang murung. Semoga masih bisa dinikmati. Tino
Entri Populer
-
DI DUNIA Prosesnya adalah : 1. Lahir 2. Balita 3. Anak-anak 4. Remaja 5. Dewasa 6. Tua 7. Mati Catatan : Mati ...
-
PONDOK GEDE Bangunan inilah yang menjadi asal-usul nama daerah Pondok Gede. Sebuah kecamatan di perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi Barat. ...
-
KUACI Kasih Mungkin inilah cara terbaik kita menutup hari Biarkanlah hanya jari dan mulut kita yang menari mencari Habiskan sisa ...
-
NASI UDUK Nasi uduk berkawan karib dengan bawang goreng dan emping. Dari dulu begitu, ga pernah berubah. Ada kawan-kawan lain yang mengisi ...
-
KEROCO Namaku Keroco. Ini bukan nama samaran atau julukan, apalagi nama penaku. Sungguh ini nama asli pemberian orang tuaku yang tercantum ...
-
REALISTIS Sore ini Bewok pulang dengan membawa sebungkus amarah pada mukanya yang membara. Dia marah setengah gila usai mendengarkan sosial...
-
Gapura Pondok Gede Gapura ini adalah mulut jalan menuju bangunan besar itu, Pondok Gede. Jalannya menanjak berbatu. Di sisi kanan jalan, ad...
-
RELATIF Aku kaya juga miskin Aku pintar juga bodoh Aku baik juga buruk Aku bagus juga jelek Aku benar juga salah Aku ini juga itu Aku...
-
MAESAROH Akhirnya Bewok memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Pekerjaan yang sudah belasan tahun dia geluti, sebagai karyawan di sebua...
-
RUBIK Masih ingat dengan permainan ini? Mudah-mudahan masih ingat. Saat duduk di bangku SD, saya mencoba permainan ini, tidak pernah bisa,...
Senin, 25 Mei 2015
Masalah Cinta Lagi
Kamis, 14 Mei 2015
Melukis
MELUKIS
Lihatlah, dari tadi hanya aku pegang saja kuas ini
Bahkan cat pun sudah mulai mengering di ujungnya
Kecamuk di dalam begitu mengaduk-aduk
Sehingga sulit bagiku untuk mengambil satu per satu warna
Sementara aku ingin melukis sesuatu untukmu
Terlihat kebodohan diri
Bercampur ribuan ketidakmampuan memahami
Bersama lembaran warna hari-hari yang sudah kita lewati
Teraduk acak dalam gulungan ingatan di palet
Aku sudah tidak tahu lagi apa yang ingin aku lukis
Ingin aku siramkan saja adukan di palet ini ke kanvas
Biarkan setiap warna mengambil bentuknya sendiri
Lalu aku tuliskan di pojoknya ucapan selamat ulang tahun untukmu
Kasih, maafkan aku yang tidak juga mampu melukis sesuatu yang indah untukmu
(Selamat ulang tahun untuk istriku Sumintiari Diah Widiastuti)
Indramayu, 15 Mei 2015
03.18 WIB
tino
Rabu, 13 Mei 2015
Pribadi Menarik
PRIBADI MENARIK
Menjadi pribadi yang menarik karena prestasi, itu keren
Menjadi pribadi yang menarik karena keluhuran budi, itu super
Menjadi pribadi yang menarik karena penampilan, itu badut namanya
Indramayu, 13 Mei 2015
Tulisaja
Minggu, 10 Mei 2015
Sederhana
SEDERHANA
Semakin sederhana semakin menarik dan mudah difahami
Semakin rumit semakin punya kesan menutupi kekurangan
Jatibarang, 10 Mei 2015
Tulisaja
Kamis, 07 Mei 2015
Bangga
BANGGA
"Aku senang sekali loh jeng. Anak itu memang anak yang luar biasa. Coba saja diajeng bayangkan. Dia selalu juara kelas sejak SD, SMP, SMA. Bahkan masuk kuliah pun tanpa tes tes segala macem. Tinggal masuk. Dapat beasiswa lagi. Gimana ndak bangga jeng," suara seorang perempuan di bangku belakang supir, di depan bangkuku, membombardir seisi minibus travel yang aku tumpangi. Suara perempuan itu menekuk habis suara mesin mobil hingga merampas kebebasan setiap telinga. Tapi sepertinya orang yang dia ajak bicara tidak menanggapinya.
"Bayangkan jeng, belum juga selesai dia kuliah, sudah banyak perusahaan besar yang booking dia, ha ha ha ha macam kamar hotel saja ya pakai booking booking segala. Sepertinya masa depan bisa dia buat sendiri. Sudah terbayang bakal seperti apa hidupnya nanti. Bakal sukses gilang-gemilang. Teman saya bilang sih, seperti hidup di surga, apa yang disebut, sekejap bakal nyata, ha ha ha ha".
"Belum lagi tampangnya jeng. Gantengnya minta ampun. Pujaan setiap wanita di kampusnya. Ndak ada yang ndak mau dipacari dia. Tapi ndak tahu kenapa, dia belum mau punya pacar. Mungkin ingin konsentrasi di pelajaran supaya bisa lulus 'summa cum laude'. Kalau diajeng masih muda, diajeng juga pasti pingin jadi pacar dia, ha ha ha ha".
Orang yang diajak bicara oleh perempuan itu tidak juga menanggapi. Sementara aku diam-diam ikut mengagumi anak yang diceritakan oleh perempuan itu dan ikut menikmati rasa bangganya. Dengan kurang ajar, aku mulai berkhayal kalau orang yang diceritakan perempuan di depanku itu adalah aku. Tidak perlu waktu lama, khayalanku sudah membius, menyuguhkan cerita yang sungguh beda dari takdir yang sudah kepalang 'nemplok' di badanku. Khayalan yang baru secuil pun buyar ketika supir harus injak pedal rem dengan mendadak karena seekor kucing berlari menyebrang jalan. Sejenak kepanikan menampar lamunan semua penumpang, lalu kembali normal.
Perempuan di bangku belakang supir itu kembali melanjutkan, "tapi sepertinya dia ndak tertarik tawaran kerja dari perusahaan-perusahaan besar itu. Aku kira dia akan melanjutkan kuliahnya, ambil S2 di luar negeri. Wong katanya banyak juga yang sudah tawari dia beasiswa untuk kuliah di luar. S2 lulusan luar negeri, itu kan jaminan mutu loh jeng. Bisa bikin dia kewalahan dikejar-kejar rejeki. Bukan begitu jeng?".
Tanpa menunggu tanggapan dari teman ngobrolnya, dia melanjutkan, "kalau rejeki yang sudah kejar-kejar dia, perempuan mana yang ndak akan kejar-kejar dia. Iya ndak? Mungkin itu yang bikin dia ndak mau punya pacar dulu sampai sekarang".
Mungkin karena lelah bicara, mungkin juga karena tidak pernah mendapat tanggapan dari temannya, perempuan itu tidak bicara lagi dan akhirnya tertidur sambil memeluk rasa bangganya.
Tiba di tempat istirahat, semua penumpang travel turun untuk beristirahat, makan atau sekedar ke toilet. Kebetulan aku berpapasan dengan teman seperjalanan perempuan tadi, saat menuju wastafel rumah makan. Seorang ibu yang sebaya dengan perempuan tadi. Karena dia tersenyum saat berpapasan, aku jadi iseng untuk bertanya.
"Maaf ibu, kalau yang duduk di sebelah ibu tadi itu teman ibu?" Tanyaku.
"Betul dik, memangnya ada apa?" Jawab ibu itu dan balik bertanya.
Merasa diberi kesempatan, aku teruskan pertanyaan yang sempat aku ragukan, "memang anak beliau kuliah di mana?".
Ibu itu sedetik tertegun, lalu, "anaknya siapa?".
"Anak teman ibu," jawabku.
"Oh, anak teman ibu itu sudah bekerja semua. Tidak ada yang kuliah"
"Jadi, yang beliau ceritakan tadi siapa?" Tanyaku penasaran.
Ibu itu mendekatkan wajahnya ke telingaku, lalu setengah berbisik dia bilang, "ibu sendiri tidak tahu siapa yang dia ceritakan. Sudah biasa dia seperti itu, ha ha ha ..." tawanya pelan sambil menarik kembali wajahnya dari telingaku.
Indramayu, 8 Mei 2015
Tulisaja
Sabtu, 02 Mei 2015
Jemput
JEMPUT
Wahai
Kaukah itu yang mengetuk pintuku di pagi buta tadi?
Kenapa tidak kau panggil-panggil aku?
Supaya aku bisa segera kenali suaramu
Lantas aku bukakan pintu untukmu
Kau bilang kau tidak datang untukku
Lalu untuk apa kau ketuk pintu?
Padahal di dalam hanya ada aku
Ini membuat sepagian tadi aku gelisah meragu
Ah, kau malah bercanda kini
Kau bilang tidak pernah mengetuk pintu
Lalu siapa pula yang hendak bertamu untukku?
Bahkan bayanganku pun sudah tidak sudi kenal aku
Tentu kau yang subuh tadi mengetuk pintu
Walau saat aku buka, sudah tidak ada wujudmu
Tapi aku yakini itu dirimu
Karena aromamu masih tersangkut di pekat kabut
Wahai
Kenapa urung kau jemput aku?
Baiklah, biar aku jawab sendiri saja tanyaku itu
Aku hanya yakini aku masih punya waktu
Mengais bekal pulangku
Indramayu, 2 Mei 2015
Tulisaja