Entri Populer

Selasa, 30 Juni 2015

Tentang Kenangan

TENTANG KENANGAN

Kenangan adalah benda mati yang hidup dalam pikiran atas bujukan perasaan. Kalau dia sering membuat letih pikiranmu, kenapa tidak kau buang saja? Setidaknya pikiranmu akan punya ruang untuk menghadapi dunia nyata. Memang, kenangan adalah kenyataan yang berkesan dari masa lalumu. Tapi membiarkan dia mengganggu waktu-waktumu yang semestinya indah menjadi suram adalah sebuah kebodohan.

Kalaupun tidak mampu untuk membuangnya, paling tidak kau filekan saja yang rapi, lalu simpan di sudut ingatanmu. Jadi, bila sewaktu-waktu kau ingin membuka kenangan itu, bukalah. Bukalah kenangan itu oleh pikiran saja, tanpa diketahui perasaanmu, sehingga dia tidak melukai bahkan sekedar menggores hatimu.

Segeralah kau tentukan, dia sampah atau barang antik. Jangan sampai kau terlanjur tertimbun oleh sesuatu yang tidak berguna.

Indramayu, 30 Juni 2015

Tulisaja

Selasa, 23 Juni 2015

Tentang Hujan

TENTANG HUJAN

(Episode 1)
Dan hujanpun sudah menggantungkan niatnya
Pada bulir-bulir di bilik-bilik awan
Sambil menahan rindunya tercurah dalam mendung
Di Mei, bulan yang semestinya kemarau

Ah
Musim pun tengah menyelingkuhi waktu
Menempatkan Mei pada salah satu gugusan kenangan
Menggumulinya dalam nestapa angan
Mendekap gulungan-gulungan kabut basah tengah malam

Kini hujan pun turun
Melerai tengkar kita
Dengan derapan ribuan tetes
Menumbuk segala yang dijumpa

(Episode 2),
Bicara tentang hujan, selalu mengasyikkan. Terutama saat emosi menyeret kenangan masa kecil untuk tergambar kembali.

Aku selalu merindukan hujan, tidak perduli seperti apa dia mewujud saat datang.

Gemerciknya laksana dentingan dawai harpa yang dipetik jari-jari lentik.

Sungguh, saat ini benar-benar aku inginkan hujan sirami aku karena matahari rupanya begitu bebas mempermainkan

Tetesan yang menimpa tanah becek memunculkan gelembung-gelembung yang sekejap musnah

Menggigil tubuh ini tidak pernah membuat aku menyesal untuk terus berharap hujan akan kembali deras.

Saat tubuh basah dikuliti tetesan rapat, berharap kilat merayap menerangi sesuatu yang bisa aku tatap.

Yang syahdu adalah ketika hujan di malam usai. Menyisakan satu dua tetesan dari ujung-ujung genteng. Setiap tetes yang terdengar jernih, seperti tikaman-tikaman pada rasa rindu.

Tubuh ini tidak pernah bisa ditaklukkan oleh hujan. Tapi bagaimana dengan hati ini?

Bahkan gerimis di sisa hujan membuat risau kalau-kalau aku akan kehilangannya.

Kadang aku berharap badailah yang datang.

Indramayu, 23 Juni 2015

Tulisaja

Selasa, 16 Juni 2015

Selamat Datang

SELAMAT DATANG

Hawanya mulai merasuk
Angin ini
Kering ini
Dingin di ujung-ujung jari
Harum debu-debu kering
Dalam khusuk semesta menyambut
Aku kenali engkau
Selamat datang Ramadhan

Indramayu, 17 Juni 2015

Tulisaja