TENTANG HUJAN
(Episode 1)
Dan hujanpun sudah menggantungkan niatnya
Pada bulir-bulir di bilik-bilik awan
Sambil menahan rindunya tercurah dalam mendung
Di Mei, bulan yang semestinya kemarau
Ah
Musim pun tengah menyelingkuhi waktu
Menempatkan Mei pada salah satu gugusan kenangan
Menggumulinya dalam nestapa angan
Mendekap gulungan-gulungan kabut basah tengah malam
Kini hujan pun turun
Melerai tengkar kita
Dengan derapan ribuan tetes
Menumbuk segala yang dijumpa
(Episode 2),
Bicara tentang hujan, selalu mengasyikkan. Terutama saat emosi menyeret kenangan masa kecil untuk tergambar kembali.
Aku selalu merindukan hujan, tidak perduli seperti apa dia mewujud saat datang.
Gemerciknya laksana dentingan dawai harpa yang dipetik jari-jari lentik.
Sungguh, saat ini benar-benar aku inginkan hujan sirami aku karena matahari rupanya begitu bebas mempermainkan
Tetesan yang menimpa tanah becek memunculkan gelembung-gelembung yang sekejap musnah
Menggigil tubuh ini tidak pernah membuat aku menyesal untuk terus berharap hujan akan kembali deras.
Saat tubuh basah dikuliti tetesan rapat, berharap kilat merayap menerangi sesuatu yang bisa aku tatap.
Yang syahdu adalah ketika hujan di malam usai. Menyisakan satu dua tetesan dari ujung-ujung genteng. Setiap tetes yang terdengar jernih, seperti tikaman-tikaman pada rasa rindu.
Tubuh ini tidak pernah bisa ditaklukkan oleh hujan. Tapi bagaimana dengan hati ini?
Bahkan gerimis di sisa hujan membuat risau kalau-kalau aku akan kehilangannya.
Kadang aku berharap badailah yang datang.
Indramayu, 23 Juni 2015
Tulisaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar