NATURAL
"Cut !", teriak sang sutradara menghentikan adegan yang tengah berlangsung.
"Ini sudah berapa kali diulang? Aktingnya yang natural dong. Ayo coba lagi ya".
"Siap. Kameraaaaa .... eksyen".
Dua orang pemain itu pun mulai berakting lagi. Baru saja dialog dimulai, sutradara itu kembali menghentikan adegan.
"Cut ! Aduh Bunga, coba aktingnya yang enak, yang natural. Masa ngga bisa. Bisa kan?"
Bunga, artis penuh sensasi itu tersenyum dan mengangguk.
"Ok, kita coba lagi".
"Cameraaaa ..... eksyen".
Kembali, Bunga dan pasangan mainnya mulai berakting. Dialog baru meluncur beberapa kalimat ketika tiba-tiba sutradara kembali berteriak.
"Cut ... cut !"
"Sudah aku bilang natural natural. Bisa ngga sih? Ini bukan sinetron. Ini film. Bunga, coba yang natural. Jangan kaku seperti itu. Jangan disamakan dengan sinetron" omel sang sutradara dengan nada jengkel yang mulai kentara.
Melihat Bunga mulai kehilangan mood, sutradara menghentikan shooting dan meminta semua crew istirahat.
"Ok, kita rehat saja dulu, satu jam. Tepat satu jam dari sekarang kita mulai lagi".
"Bunga, coba dalami lagi skenarionya, dialognya. Latih lagi aktingnya. Di sinetron boleh asal akting, di film ini ngga bisa asal. Ok?" pinta sutradara kepada Bunga sedikit ketus.
Bunga, artis dengan banyak berita sensasional itu pun kembali ke mobilnya dengan wajah cemberut.
Seluruh crew pun bubar. Ada yang ngobrol sambil berteduh di rindang pohon besar dekat lokasi. Lebih banyak yang kembali beristirahat ke mobil masing-masing.
Asisten sutradara menghampiri sang sutradara yang masih duduk di bangku sutradara dalam posisi menunduk bungkuk dengan kedua telapak tangan ditangkubkan di muka dan kedua sikut tertanggal di atas paha.
"Susah ya boss", kata asisten sutradara sekedar berbasa basi.
Sang sutradara masih dengan posisi semula menanggapi, "akan menjadi sangat susah".
"Akting natural itu sangat susah".
"Apalagi buat Bunga, orang yang seluruh hidupnya adalah kepura-puraan, ngga natural. Dan sekarang banyak orang seperti dia".
Indramayu, 15 Januari 2015
Tulisaja
Blog ini dengan sadar dibuat untuk menampung muntahan isi kepala yang seringkali lumer dan meleleh berupa tulisan yang kadang jelas kadang samar, kadang cerah kadang suram, kadang riang kadang murung. Semoga masih bisa dinikmati. Tino
Entri Populer
-
DI DUNIA Prosesnya adalah : 1. Lahir 2. Balita 3. Anak-anak 4. Remaja 5. Dewasa 6. Tua 7. Mati Catatan : Mati ...
-
PONDOK GEDE Bangunan inilah yang menjadi asal-usul nama daerah Pondok Gede. Sebuah kecamatan di perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi Barat. ...
-
KUACI Kasih Mungkin inilah cara terbaik kita menutup hari Biarkanlah hanya jari dan mulut kita yang menari mencari Habiskan sisa ...
-
NASI UDUK Nasi uduk berkawan karib dengan bawang goreng dan emping. Dari dulu begitu, ga pernah berubah. Ada kawan-kawan lain yang mengisi ...
-
KEROCO Namaku Keroco. Ini bukan nama samaran atau julukan, apalagi nama penaku. Sungguh ini nama asli pemberian orang tuaku yang tercantum ...
-
REALISTIS Sore ini Bewok pulang dengan membawa sebungkus amarah pada mukanya yang membara. Dia marah setengah gila usai mendengarkan sosial...
-
Gapura Pondok Gede Gapura ini adalah mulut jalan menuju bangunan besar itu, Pondok Gede. Jalannya menanjak berbatu. Di sisi kanan jalan, ad...
-
RELATIF Aku kaya juga miskin Aku pintar juga bodoh Aku baik juga buruk Aku bagus juga jelek Aku benar juga salah Aku ini juga itu Aku...
-
MAESAROH Akhirnya Bewok memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Pekerjaan yang sudah belasan tahun dia geluti, sebagai karyawan di sebua...
-
RUBIK Masih ingat dengan permainan ini? Mudah-mudahan masih ingat. Saat duduk di bangku SD, saya mencoba permainan ini, tidak pernah bisa,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar