Entri Populer

Kamis, 12 Februari 2015

Melupakan

MELUPAKAN

Sore belum juga menenggelamkan matahari ke dalam kotak penyimpanannya, ketika seorang bapak tiba-tiba datang ke hadapanku. Beliau terlihat tengah marah besar tentang sesuatu.

"Ini tidak benar, sungguh ini tidak benar dan sangat mengecewakan" semprotnya ke mukaku.

Aku bingung.

Tapi lanjutnya "apa anda tidak tahu saya siapa? Atau anda lupa?".

Jelas aku tidak tahu, pikirku. Bagaimana aku tahu. Tiba-tiba saja bapak itu muncul di depanku dan marah seperti itu.

"Maaf, bapak siapa?" tanyaku.

"Lihat. Bahkan anda tidak tahu siapa saya" tukasnya.

Aku diam.

"Anda tidak sepatutnya bersikap seperti itu kepada saya. Anda harusnya malu dan segera meminta maaf ke saya".

"Anda bisa seperti sekarang karena siapa? Kalau bukan karena saya, tidak mungkin anda bisa seperti sekarang. Bahkan untuk bisa bertahan hiduppun mungkin anda tidak akan bisa".

"Tapi apa balasan yang anda berikan ke saya? Jangankan untuk membalas jasa, sekedar mengingat saja tidak".

"Saya tidak menuntut balas budi anda ke saya, tapi lupa anda terhadap saya sungguh mengecewakan saya".

Aku masih terdiam dan mulai gemetar.

Bapak itu semakin memerah mukanya.

"Saya tidak minta anda membelikan hadiah buat saya. Saya tidak minta anda hormat terbungkuk-bungkuk di hadapan saya. Saya cuma minta anda untuk tidak melupakan saya".

"Saya tidak peduli kalaupun anda sudah tidak mau menemui saya lagi. Saya tidak peduli kalau anda melupakan apa yang sudah saya lakukan untuk anda. Tapi tolong, jangan lupakan saya karena itu sangat mengecewakan dan menyakitkan".

Melupakan? Aku semakin gemetar.
"Maaf, bapak ini siapa?" tanyaku sekali lagi.

"Anda sungguh keterlaluan. Benar dugaan saya bahwa anda sudah melupakan saya. Perhatikan baik-baik, saya ini Bapakmu".

Dan aku tersungkur.

Indramayu, 13 Pebruari 2015

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar