Entri Populer

Kamis, 30 April 2015

Ingin

INGIN

Sudah cukup lama Bewok merenung. Sejak dia tahu bahwa anaknya punya keinginan untuk membuhuhnya, dia 'shock' setengah mati. Barita itu tidak dia dengar dari orang lain, kabar angin, apa lagi dari wangsit atau mimpi. Berita itu dia dengar dari anaknya sendiri yang menyampaikan keinginannya saat sarapan pagi. Tapi Bewok bingung. Anak bungsunya itu belum mengungkapkan alasan dari maksudnya.

Dalam merenungnya, Bewok berusaha mengorek-ngorek timbunan ingatan, mencari cacat apa kira-kira yang menjadi sebab anaknya punya keinginan gila itu. Setelah lama berkutat dengan bongkahan-bongkahan kejadian, tidak ditemukan satu alasan pun yang bisa menjadi lantaran munculnya niat jahat anaknya itu, baik dari sisi dirinya maupun dari sisi anaknya.

"Aku tidak habis pikir. Jenis setan apa yang sudah membujuk anak itu? Gilanya lagi, dia tidak menyampaikan keinginannya itu dengan emosi, dalam keadaan marah atau kesurupan. Dia menyampaikan keinginanya itu dengan sadar dan santai, justru sangat santai, di sela-sela obrolan sarapan pagi. Ini gila atau konyol?" Batin Bewok sibuk.

Masih jelas percakapan pagi tadi di ingatan Bewok.

"Pah, boleh aku bilang sesuatu?" tanya Siswo, anak bungsunya, di sela-sela obrolan pagi itu.

"Boleh. Apa?" santai, Bewok menimpali.

"Serius ini Pah," kata Siswo, sambil mendadak menghentikan aktifitas sendok dan garpunya di atas piring.
Bewok ikut menghentikan tangannya, lalu, "kalau memang serius dan penting, sebaiknya kita bicarakan nanti malam saja, waktunya akan lebih leluasa".

"Tidak bisa Pah," sambar anaknya, datar.

"Tidak bisa?"

"Iya"

"Tidak bisa menunggu sampai nanti malam?" tanya Bewok lagi.

"Tidak bisa," cepat anaknya menjawab.

"Semendesak itukah?" Bewok mulai serius.

"Sangat mendesak," kata Siswo masih dengan nada datar.

"Harus sekarang?" Bewok mancoba menggoda.

"Ayo lah Pah. Serius ini," sahut Siswo dengan membalurkan sedikit rasa jengkel pada ekspresi wajahnya.

"Ok, ok. Apa itu?" tanya Bewok mencoba serius.

Siswo terdiam sejenak, sekedar memastikan kalau papahnya sudah benar-benar serius dan siap mendengarkan apa yang akan dikatakan. Dua kali Siswo menarik nafas panjang, lalu, "aku ingin membunuh Papah".

"Apa? kamu ingin membunuh Papah? Kamu bercanda kan?" Antara serius dan ingin tertawa, Bewok bertanya.

"Serius Pah".

Bewok terhenyak. Diam beberapa lama. Bahkan pikirannya ikut berhenti. Tidak pernah menyangka anaknya akan punya keinginan yang sungguh menebas habis akal sehat, bahkan akal sakit sekalipun.

"Kenapa?" Bewok bertanya, murung.

"Nah, untuk kenapanya, ini yang akan kita bicarakan nanti malam, Pah" kata Siswo, menyudahi sarapan paginya, berdiri, mencium tangan Papahnya dan pamit berangkat ke sekolah.

Siswo, anak muda tampan yang baru duduk di kelas sebelas pada sebuah SMU ternama di kotanya, adalah seorang siswa yang cerdas. Fasilitas pendidikan nomor satu ditunjang kemampuan orang tuanya yang tanpa batas, menjadikan Siswo tumbuh menjadi murid dengan prestasi akademik di atas rata-rata, bahkan boleh dibilang memiliki prestasi premium. Selain prestasi akademik yang mumpuni, dalam pergaulan sosial, Siswo adalah seorang anak yang mudah bergaul dan banyak teman. Seorang anak yang menyenangkan. Satu-satunya kelemahan yang ada pada Siswo adalah dia terlalu sempurna.

Bewok juga ingat betapa siang itu dia tidak bisa berkonsentrasi saat bekerja. Kekacauan nalarnya membuat dia terus menerus resah dan memutuskan untuk pulang kerja lebih cepat dari biasanya. Obrolan pagi tadi, hingga tersampaikannya keinginan Siswo, sungguh sangat mengganggu pikirannya. Meski pada awalnya Bewok tidak menganggap serius keinginan anaknya, tapi pada akhirnya mampu juga mengerogoti ketentraman harinya. Bahkan memaksa memunculkan rasa cemas luar biasa. Bukan cemas atas dirinya, tapi cemas terhadap anaknya. Keinginan anaknya itu bukan saja aneh, tapi juga gila.

Di tengah merenungnya yang belum juga menemukan apa-apa, tiba-tiba Siswo datang menghampiri. Masih mengenakan seragam sekolahnya. Rupanya dia baru pulang sekolah. Setelah mengucapkan salam, mencium tangan Bewok, lantas masuk ke kamarnya. Datar dan sangat biasa, seperti tidak ada yang penting yang sudah dan bakal terjadi. Dan sore itu merangkak sangat lambat dalam perasaan Bewok. Sore yang menempatkan Bewok pada pasangan-pasangan harapan yang bertolak belakang. Dia berharap malam segera datang, tapi juga berharap malam tidak pernah sampai padanya. Dia berharap segera tahu alasan anaknya, tapi juga berharap tidak pernah mendengar alasan itu.

Waktu makan malam tiba. Waktu yang ditunggu-tunggu, juga yang dibenci datangnya oleh Bewok. Waktu yang membuat sisa hari menjadi gelisah dan pikiran tidak menentu. Sebelum makan, Bewok bertanya, "ok, coba kamu bilang, kenapa sampai bisa punya rencana itu?".

Siswo terdiam sejenak, lalu, "Pah, bagaimana kalau kita bicarakan hal ini nanti, selesai makan?".

"Tidak bisa. Papah ingin tahu sekarang. Sekarang!".

Siswo bangkit dari duduknya, lalu segera masuk ke kamarnya. Tidak lama. Dia keluar dari kamar sambil menenteng sebuah pistol. Saat jarak tersisa dua meter, dia mengacungkan pistolnya, diarahkan tepat ke titik di antara dua mata Bewok.

Bewok bangkit, arah pistol mengikuti kepalanya.

"Siswo, ada apa ini? Ada apa dengan kamu? Kamu sudah gila ya?" Teriak Bewok di tengah kengeriannya.

Dorrr!!! Pistol meledak.

Bewok berdiri kaku, matanya terbelalak. Pandangan matanya mendadak gelap, jantung ikut berhenti berdetak. Satu tangannya meraba dahi dengan mata yang kini terkatup rapat. Tidak dia temukan apa-apa di dahi kecuali keringat membulir. Pelan dia buka mata. Dilihatnya Siswo masih di depannya, dengan pistol berasap di tangan yang terkulai. Dipandangi anaknya itu dengan mata yang tenang.

Tiba-tiba pecah tawa Siswo.

"Ha ha ha ha ha ha, selamat ulang tahun Pah," seraya memeluk Bewok.

Bewok melepaskan pelukan anaknya dengan paksa, memandangnya sebentar lalu menamparnya keras.

Kini Siswo yang terbelalak, mungkin menyesal. Bewok memandang anaknya, yang mematung, cukup lama, lalu tertawa panjang.

"Ha ha ha ha ha ha ha, di mana mamahmu? Cepat panggil mamah! Ayo kita rayakan," kata Bewok lalu mengambil kunci mobil.

Indramayu, 27 April 2015

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar