Entri Populer

Minggu, 05 April 2015

Kemah

KEMAH

Harum daun jati masih melekat pada lembar-lembar sinar matahari pagi. Ini pagi ke tiga aku berada di kemah ini. Memang bukan sebuah kemah yang sempurna, tapi ini kesendirianku yang utuh.

Satu keluarga ketilang riang membangun hari, membuat aku iri. Sang induk menyulam sarang pada beberapa sisinya yang rusak. Sementara dua anaknya menciap-ciap. Ciapan dengan mulut terbuka lebar dan urat leher menegang kencang, lapar.

Aku baru saja mencoba menyalakan satu blok parafin pada tungku tumpukan batu."Secangkir kopi akan membuat pagi ini sempurna," pikirku.

Menunggu air mendidih, aku ambil buku catatan dan ballpoint. Belum banyak yang aku tulis ketika aku dengar air mendidih dari panci. Aku tuangkan air pada cangkir kaleng untuk meleburkan kopi sachetan. Seketika harum kopi bergumul bersaing, mematikan harum daun jati.

"Ah, kemana perginya harum daun jati?" Tanyaku, dalam hati. Akupun merasa kehilangan.

Sedikit terbersit rasa menyesal. Harum kopi hanya bisa sedikit menghiburku atas kerinduan. Kerinduan akan suasana yang sudah aku robek sendiri untuk menuruti keinginan. Aku tidak menyangka, harum kopi justru merusak suasana pagi ini.

Semoga aku bisa dapatkan suasana bersama harum daun jati itu besok pagi, di hari terakhirku.

Sekedar menenangkan hati, aku baca kembali catatan tadi.

"Harum daun jati masih melekat pada lembar-lembar sinar matahari pagi. Ini pagi ke tiga aku berada di kemah ini. Memang bukan sebuah kamah yang sempurna, tapi ini kesendirianku yang utuh ..."

Indramayu, 5 April 2015

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar