SATU KATA
"Ini saya harus sampaikan di sini. Di forum ini. Karenanya semua teman-teman saya undang untuk berkumpul. Maksud saya mengundang teman-teman semua di sini sebenarnya hanya satu alasan. Saya mau minta ijin ke teman-teman semua. Tolong ijinkan saya mengucapkan sesuatu di hadapan teman-teman. Sebenernya sudah sejak beberapa waktu lalu saya ingin mengucapkannya. Sebenarnya saya bisa mengucapkannya di mana saja, tanpa harus ada forum seperti ini. Tapi kok ya kalau dirasa-rasa, seperti kurang enak kalau saya mengucapkan ini tidak di depan teman-teman semua. Kurang afdol rasanya".
"Yang ingin saya ucapkan ini sudah sangat menggumpal dan padat di kepala saya. Minta segera dikeluarkan. Tapi, ya itu tadi, saya menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkannya. Walau dengan sangat terpaksa, saya harus menahan dengan susah payah, supaya kata ini tidak terlanjur tumpah. Nah, berhubung teman-teman semua sudah berkumpul di sini, perkenankan saya untuk mengucapkannya, sekedar untuk melonggarkan isi kepala dan dada saya. Apa ada yang keberatan kalo saya mengucapkannya saat ini? Semoga tidak ada yang keberatan. Karena kalau kata ini batal untuk diucapkan, akan sangat menyiksa saya di sepanjang sisa umur saya. Kepala yang terlanjur padat ini akan membatu dan rongga dada yang sudah sesak ini akan membusuk. Jadi, sepertinya tidak ada pilihan lain buat teman-teman semua selain mengijinkan saya mengucapkannya sekarang. Ini seperti perlunya pelepasan saat orang sudah sangat kebelet ke belakang, atau seperti ibu hamil saat anak dalam kandungannya sudah minta untuk keluar. Untuk itu, tolonglah. Ijinkan saya mengucapkannya, satu kali saja. Saya tidak akan menyita waktu teman-teman terlalu lama. Karena saya hanya perlu mengucapkan satu kali saja. Cuma satu kali. Saya tidak akan minta tambah jadi dua atau tiga kali. Satu kali, cukup. Bagaimana teman-teman, apakah teman-teman sepakat bulat mengijinkan saya mengucapkannya sekarang?".
Semua hanya diam, menundukkan wajah.
"Baiklah, kalau memang sudah sepakat untuk mengijinkan, saya akan ucapkan. Tapi sebentar teman-teman. Saya harap teman-teman tidak ada yang tersinggung atau marah setelah saya mengucapkannya. Apalagi ada yang menaruh rasa dendam di hati. Saya harap teman-teman bisa memaklumi ini. Karena saya yakin, seyakin-yakinnya, ini akan sangat meringankan isi kepala saya dan akan melapangkan rongga dada saya. Dan lagi pula, teman-teman tidak bisa tersinggung atau marah, apalagi dendam. Karena saya mengucapkan itu atas ijin teman-teman semua. Tapi, kalaupun ada dari teman-teman yang tersinggung, marah atau dendam sekalipun, sejujurnya saya tidak perduli. Jadi, sudah tidak ada alasan kan?” Panjang, mantan calon anggota legislatif yang gagal itu bicara di depan para pendukung, juga mantan pendukung dan team suksesnya, tanpa ada yang berani menyela ataupun interupsi.
Dan dia melanjutkan, "baiklah teman-teman, saya hanya ingin mengucapkan kata ini satu kali di depan teman-teman semua".
Kemudian dia menarik nafas dalam-dalam. Dalam sekali. Lalu dia berteriak keras dan panjang seperti lolongan. Sampai-sampai nadi di lehernya menggembung, mata melotot dan tubuh serta kepala bergetar hebat, "annjeeeeeeeeeeng”.
Dan orang itu pun menggelepar, lalu pingsan.
Tiga bulan berlalu. Di halaman sebuah Rumah Sakit Jiwa, terlihat seorang pasien tengah berpidato, berapi-api.
"Ini saya harus sampaikan di sini. Di forum ini...".
Jatibarang, 9 Januari 2014
Tulisaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar