RINDU
Bewok sudah tidak perduli lagi pada penampilannya. Beberapa hari tidak mandi, hanya dibalur semprotan parfum murah, membuat tubuhnya berbau alkohol dari parfum. Menyengat seperti botol arak yang baru saja kosong. Baju salinnya yang tidak lagi disetrika, semakin menegaskan kusutnya hidup. Sejak dipecat dari pekerjaannya, perekonomian keluarga langsung amblas. Dalam sekejap, kemiskinan yang sebelumnya pelan memeluknya, menjadi semakin galak mencakar-cakar. Kondisi semakin rumit saat istrinya yang sudah tidak lagi tahan berendam dalam kesengsaraan, meminta untuk diceraikan lalu pergi memboyong kedua anaknya pulang ke kampung orang tuanya. Seperti belum puas atas babak belurnya hidup Bewok, lingkungan tempat tinggalnya juga ikut menyiksa dengan selalu mencurigainya. Semua betotan dan sabetan nasib itu membuat hidupnya melempem seperti sampah basah. Busuk, bau dan loyo. Dia menganggap hidupnya sudah hancur sempurna.
Sejak tidak ada lagi yang melayaninya di rumah, Bewok menjadi pelanggan warung makan. Di warung makan itulah dia menjinakkan rasa laparnya. Seperti hari-hari sebelumnya, sore itu Bewok datang ke warung makan langganannya. Salah satu warung makan remang-remang dengan dinding dari anyaman kulit bambu bermotif. Sebenarnya banyak tempat makan yang bisa dia pilih di sepanjang jalan itu. Tapi selalu warung makan itu yang dia tuju. Diam-diam dia telah jatuh hati pada perempuan pelayan di warung itu. Dia benar-benar terjerat dan gila. Sore itu dia sangat ingin bertemu dan mendekatinya. Tidak bisa ditunda-tunda lagi karena rindunya sudah bengkak.
"Semoga uang yang aku kumpulkan ini, cukup untuk merayunya," harapnya, sambil merogoh saku celana.
Mengambil tempat di meja paling pojok, Bewok belum melihat perempuan pelayan yang biasa melayaninya. Hanya ada perempuan setengah baya yang biasa dipanggil mami dan seorang perempuan pelayan lain. Makan sudah lama selesai dan sore pun sudah terlanjur menjadi malam. Bewok belum juga ingin menghabiskan kopinya karena belum berjumpa dengan perempuan pelayan dambaannya. Dia bertekad untuk menunggu.
Asbak rokok di mejanya pun sudah penuh dengan puntung-puntung tandas. Bewok masih bersabar menunggu, sambil terus menatap asbak berisi puntung-puntung yang semakin menggunung. Cukup lama ketika tiba-tiba masuk ke dalam warung dua orang, laki-laki dan perempuan. Sang perempuan bergelayut manja di pundak laki-lakinya. Awalnya Bewok tidak perduli hingga melintas di sisi telinga suara yang sudah dia kenal sebelumnya. Suara lembut itu memaksa dia mengangkat kepalanya yang mulai terbenam ke dalam asbak.
"Bunga", panggilnya, tertahan dan pelan, lebih seperti memberi tahu kepada diri sendiri siapa yang dilihatnya. Bewok mengurungkan niatnya untuk kembali memanggil setelah mengetahui Bunga, perempuan yang dirindunya, secara telak mengabaikannya. Juga setelah dia mengetahui siapa laki-laki yang digelayuti Bunga. Laki-laki yang membuat semangat, termasuk hasratnya kempes dan meringkuk. Kecewa dalam diam. Lalu dia kembali memendam kepalanya di dalam asbak, lebih dalam, terbakar bersama puntung-puntung dan abu.
Kedua orang itu terus berjalan ke bagian belakang warung dan tidak keluar lagi.
Malam dan cemburu mencapai puncaknya. Bewok memutuskan untuk meninggalkan warung itu. Dia yakin, Bunga tidak akan keluar lagi. Tidak akan pernah keluar lagi. Suasana jalan di depan warung sudah sepi dan pulas karena saat itu bukan akhir pekan. Perempuan setengah baya penjaga warung pun terlihat sengit berjuang mempertahankan melek matanya, sambil duduk selonjor di atas balai kayu, bersandar pada dinding dekat etalase masakan.
Setelah menyadarkan perempuan itu, Bewok membayar makan dan kopinya. Pelan, dia mendengar perempuan itu bicara pada diri sendiri, sejenak setelah melihat mobil tamu yang diparkir di depan warung, "ah, sepertinya Pak Kades akan bermalam lagi malam ini".
Bewok menghampiri sepeda motor belelnya yang terparkir di samping mobil sedan mewah. Menghidupkan mesinnya lalu pergi.
"Mobil yang bagus," gumamnya, sambil berlalu. Bewok pergi dengan membawa bara api di kepalanya.
Menjelang subuh, warung itu terbakar hebat. Api tiba-tiba muncul dengan cepat dan segera menjalar ke seluruh ruangan, menelan segalanya. Juga ke beberapa warung di kiri dan kanannya. Dengan cepat kebakaran itu menghabiskan dan meratakan semua bagian warung. Semuanya. Termasuk membakar mobil sedan mewah yang tengah parkir di depannya.
Petang itu Bewok melihat berita terbakarnya warung makan langganannya dari televisi sambil menikmati kopi, di sebuah warung makan di kota yang cukup jauh dari rumahnya.
Indramayu, 18 April 2015
Tulisaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar