GERHANA
Aku masih bimbang. Sampai saat ini aku tidak tahu, apakah aku matahari, bumi, atau bulan.
Aku sudah mencoba untuk mencari jawaban. Aku cari di bumi, menjadikan aku seolah-olah adalah bumi. Aku amati detilnya di bulan, sepertinya aku meyakini, aku adalah bulan. Aku berpindah ke matahari, dan aku terbakar.
Bulankah aku? Atau aku adalah bumi? Belum juga bisa aku yakini. Pernah juga hal ini aku tanyakan pada tetesan embun. Karena aku tahu dia selalu menemani pagi. Disuruhnya aku menunggu sampai siang mulai mengembang.
Ah, aku sudah tidak ingin menunggu lagi. Aku sudah terlalu lama mencari. Tapi apa boleh buat. Tidak diberikannya pilihan lain untukku. Aku turuti. Aku tunggu siang datang. Siang hampir berlalu tanpa terjadi sesuatu. "Embun itu menipuku," pikirku.
Malam datang membunuh siang dengan jubah senjanya. Sementara aku masih di titikku, berharap malam segera bosan melihatku lalu pergi. Aku akan tetap di titikku, menunggu embun yang sudah menipuku.
Menunggu, selalu membuat waktu menjadi lambat beranjak. Tapi terlanjur bagiku untuk pergi dan meninggalkan seonggok waktu yang sudah aku kumpulkan. Karena hari sebentar lagi pagi.
Pagi datang dan diam-diam segera aku sergap tetesan embun. Aku tanya, kenapa dia sudah menipuku.
"Menipu?". Embun itu balik bertanya kepadaku.
"Ya, kau telah menipuku. Kau bilang aku akan temukan jawaban segera setelah siang mengembang," bisikku, tepat di sisi telinganya pelan, khawatir pagi akan terganggu.
"Lalu apa yang kau alami siang kemarin?" tanyanya kemudian.
"Aku tidak mengalami apa-apa kecuali tubuhku mematung menunggu," jawabku.
"Itulah, kenapa kau tidak mengalami apa-apa kemarin. Karena kau bukan bumi, bukan pula bulan, apalagi matahari. Kau tidak akan mengalami apa-apa karena kau adalah pengalaman itu sendiri. Kau adalah gerhana".
Indramayu, 20 Maret 2015
Tulisaja
Blog ini dengan sadar dibuat untuk menampung muntahan isi kepala yang seringkali lumer dan meleleh berupa tulisan yang kadang jelas kadang samar, kadang cerah kadang suram, kadang riang kadang murung. Semoga masih bisa dinikmati. Tino
Entri Populer
-
DI DUNIA Prosesnya adalah : 1. Lahir 2. Balita 3. Anak-anak 4. Remaja 5. Dewasa 6. Tua 7. Mati Catatan : Mati ...
-
PONDOK GEDE Bangunan inilah yang menjadi asal-usul nama daerah Pondok Gede. Sebuah kecamatan di perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi Barat. ...
-
KUACI Kasih Mungkin inilah cara terbaik kita menutup hari Biarkanlah hanya jari dan mulut kita yang menari mencari Habiskan sisa ...
-
NASI UDUK Nasi uduk berkawan karib dengan bawang goreng dan emping. Dari dulu begitu, ga pernah berubah. Ada kawan-kawan lain yang mengisi ...
-
KEROCO Namaku Keroco. Ini bukan nama samaran atau julukan, apalagi nama penaku. Sungguh ini nama asli pemberian orang tuaku yang tercantum ...
-
REALISTIS Sore ini Bewok pulang dengan membawa sebungkus amarah pada mukanya yang membara. Dia marah setengah gila usai mendengarkan sosial...
-
Gapura Pondok Gede Gapura ini adalah mulut jalan menuju bangunan besar itu, Pondok Gede. Jalannya menanjak berbatu. Di sisi kanan jalan, ad...
-
RELATIF Aku kaya juga miskin Aku pintar juga bodoh Aku baik juga buruk Aku bagus juga jelek Aku benar juga salah Aku ini juga itu Aku...
-
MAESAROH Akhirnya Bewok memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Pekerjaan yang sudah belasan tahun dia geluti, sebagai karyawan di sebua...
-
RUBIK Masih ingat dengan permainan ini? Mudah-mudahan masih ingat. Saat duduk di bangku SD, saya mencoba permainan ini, tidak pernah bisa,...
Jumat, 20 Maret 2015
Gerhana
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar