Entri Populer

Minggu, 08 Maret 2015

Labirin

LABIRIN

Aku terjebak pada sebuah labirin pemahaman. Aku tidak tahu lagi arah mana yang harus aku telusuri untuk mengakhiri permainan ini. Arah kiri atau kanan yang aku pilih, rasanya tidak akan ada pengaruhnya lagi. Turuti naluri, aku kira, satu-satunya perunjuk untuk melanjutkan langkah. Gamang.

Lelah langkah tidak pernah surutkan keinginan untuk segera dapatkan jalan keluar. Tapi berkali sudah aku merasa bahwa aku hanya berputar-purar dan selalu kembali ke titik semula. Permainan ini sudah benar-benar menjengkelkanku kini.

Gerbang keluar tidak pernah terbayang ada di mana. Bahkan embusan angin pun enggan memberi sedikit saran. Aku usahakan untuk sebentar terlelap, berharap ada mimpi datang beri secuil ilham. Ternyata tidurku polos dan tidak sedikitpun kirimi aku sepercik arah.

Aku terbangun saat tubuhku tiba-tiba melambung. Semakin tinggi dan aku tergagap. Tidak sempat lagi terpikir untuk meraih pucuk-pucuk untuk menahan tubuhku yang melayang. Terus meninggi sementara aku mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi dan mengingat-ingat kembali apa yang sudah aku lewati.

Aku teringat tentang labirin yang sudah menjebakku. Aku lihat ke bawah, tergambar lorong-lorongnya yang, ternyata, tanpa gerbang masuk dan keluar. Aku amati sekali lagi dari ketinggian. Sungguh tidak ada sama sekali gerbang. Hanya alur-alur setapak yang di suatu tempat bersimpangan, di tempat lain buntu menyekap.

Saat aku merasa terbebas, tiba-tiba kepalaku terlepas. Jatuh kembali kedalam salah satu lorong buntu yang senyap. Tuhan, kini pikiranku yang terjebak.

Indramayu, 8 Maret 2015

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar