Entri Populer

Jumat, 05 Desember 2014

Cek Cek Cek Cek

CEK CEK CEK CEK

"Cek cek cek cek"

Suara cicak di kusen pintu itu mengusik keasikan Bewok yang tengah menikmati hari liburnya.

"Cek cek cek cek"

Kembali cicak itu berbunyi, seolah memanggil Bewok untuk mendekat. Bewok beranjak dari terbaringnya mengikuti rasa penasarannya, mendekati cicak di kusen pintu itu.

"Ada apa cicak? Kau ingin bilang apa?" tanya Bewok setelah cukup dekat dengan cicak itu.

Tidak ada jawaban.

"Kau mempermainkan aku kah?"

Cicak itu tetap diam.

"Dasar cicak, tadi kau panggil aku, sekarang kau malah diam saja. Cepatlah kau bilang padaku. Kau ingin bilang apa padaku?" paksa Bewok, mulai jengkel.

Masih diam.

"Huh, cicak bau, kau memang hanya ingin menggangguku ya? Sebentar, apa memang seperti ini baumu?" Bewok habis kesabaran.

Bewok kembali ke pembaringannya dan melanjutkan istirahatnya. Di batas sadar dan tidurnya, Bewok mendengar suara berkata "dasar manusia, mahluk aneh".

Bewok menoleh ke kusen pintu langsung ke arah cicak tadi. Dia yakin sekali kalau cicak itulah yang berbicara. Tanpa beranjak, dia bertanya untuk meyakinkan sangkaannya, "bagaimana?".

Diam tidak ada jawaban.

Bewok melanjutkan, "barusan kau bilang manusia mahluk yang aneh, maksudnya bagaimana? Kalau kau bilang manusia aneh, mungkin sama seperti aku bilang bahwa kau mahluk aneh. Kita beda rupa, masing-masing saling tuduh mahluk aneh. Memang aku tidak banyak tahu tentang kau. Yang aku tahu, kau mahluk paling efisien menggunakan air sampai-sampai urinmupun padat berwarna putih yang kau buang bersama kotoran hitammu".

Aku duga kau suka minum kopi. Buktinya sering aku dapatkan kau berkubang di gelas sisa kopiku.

Aku juga tahu, kau ada di sebuah lagu anak-anak. Apakah kau tahu lagu itu? Dan dari lagu itupun aku tahu kenapa kau tidak pernah protes ke Tuhan. Kau tidak protes "Tuhan, kenapa Kau beri aku keistimewaan bisa berjalan di dinding dan langit-langit? Kenapa tidak Kau beri aku sayap supaya aku bisa terbang karena kebanyakan makananku adalah mahkuk kecil yang bisa terbang?". Karena lagu itu bilang "diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, hap lalu kau rangkap".

"Diam-diam merayap. Kau tidak ribut saat mencari rejekimu. Kau tidak perlu gembar-gembor tentang langkahmu. Kau tidak perlu wartawan dan media berita untuk semua kerjamu".

"Datang seekor nyamuk, hap lalu kau tangkap. Kau yakin sekali rejekimu akan datang. Lagu itu tidak bilang 'kejar seekor nyamuk'. Kau yakin benar tentang rejeki"

"Itulah yang aku maksud" potong suara itu.

"Kenapa manusia begitu menggila mengejar rejekinya? Sampai-sampai polahnya seperti kisah seekor ayam yang di kakinya tersangkut kantong kresek. Tidak yakinkah manusia kalau rejekinya akan datang bahkan pergi sesuai apa yang sudah Tuhan tuliskan?" lanjut suara itu panjang.

Bewok tercengang sambil terus memandangi bangkai cicak yang sudah membau dengan setengah tubuhnya tergencet pintu.

Indramayu, 6 Agustus 2014

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar