Entri Populer

Jumat, 05 Desember 2014

Negara Para Pem-Bully

NEGARA PARA PEM-BULLY

Ini negara para pem-bully dimana banyak orang punya kegemaran untuk mem-bully orang lain. Semakin merana orang yang di-bully, semakin bahagia mereka. Sepertinya hanya mem-bully-lah satu-satunya yang bisa membuat mereka bahagia.

Pelajaran untuk mem-bully sudah diberikan kepada anak sejak usia sekolah. Selesai sekolah dasar, anak-anak akan meneruskan ke pendidikan menengah pertama melalui suatu gerbang penuh bully bernama MOS. Saat MOS selalu ada korban dan pelaku. Pelaku adalah senior dan korban adalah junior. Begitu berlanjut sampai sekolah menengah atas bahkan pada tingkat pendidikan sarjana.
Bahkan di dunia lawak, mem-bully menjadi salah satu kiat lawak yang masih laris manis dijual. Begitu terpingkal dan bahagianya mereka saat menyaksikan ada adegan mem-bully di sebuah pertunjukkan. Selera humor masyarakat di negara ini memang masih menyukai jenis lawak semacam ini.

Sebuah saduran dari artikel di internet menyebutkan faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya bully menurut Coloroso (2006: 44-45) adalah :

1. Ketidakseimbangan Kekuatan (Imbalance Power).
Bully bukan persaingan antara saudara kandung, bukan pula perkelahian yang melibatkan dua pihak yang setara. Pelaku bully biasanya orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda.

2. Keinginan Mencederai (Desire to Hurt).
Dalam bully tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan dalam pengucilan korban. Bully berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka fisik, melibatkan tindakan yang dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan korbannya.

3. Ancaman Agresi Lebih Lanjut. Bully tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau cenderung diulangi.

4. Teror
Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bully semakin meningkat. Bully adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara untuk mencapai bully tapi juga sebagai tujuan bully.
Tertarik pada point 4, intimidasi merupakan salah satu bentuk bully untuk menciptakan teror demi memelihara dominasi. Sepertinya bully jenis ini belum lama dipertontonkan oleh para tokoh.
Indramayu, 23 Juli 2014
Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar