Entri Populer

Jumat, 05 Desember 2014

Sebuah Percakapan

SEBUAH PERCAKAPAN

Tiba-tiba seorang kawan, Rahmat Muharam, menyapaku melalui inbox facebook:

Selamat malam sobat

Aku menjawab sumringah:
Selamat malam kawan Muharam

Dan kawan Muharam melanjutkan diakhiri pertanyaan yang tidak aku duga:
Seperempat gelas kopi hitam disertai dua batang rokok membawa angan melayang .... sobat ,, apakahkita sudah tua...?

Lantas akupun menulis:
Seperti malam yang tidak bisa dicegah lagi, terus merangkak mendekati ajalnya

Kawan Muharam menimpali:
Sepertiga rambut hitam telah memutih, sepertiga gigi tanggal.. sepertiga penglihatan telah memudar.... digilas waktu....

Aku kembali menulis:
Semua tanda sudah menyapa
Siap memeluk usia renta
Biarlah takdir ikut menua
Tidak akan selamat jiwa meronta

Kawan Muharam pun masih membalas pesanku:
Isyarat telah dipelupuk mata, sementara sang jiwa masih terlunta lunta ..siapkah hamba...

Aku membaca akan kegamangan 'masa depannya' dan membalas:
Meredup tidak berarti padam
Padam tidak juga harus menghilang
Selama jejak-jejak sudah ditinggalkan
Tidak perlu pula prasasti diletakkan

Karena mata ini sudah sangat lelah, waktu pun sudah pukul 24.00, akupun dengan penuh penyesalan harus pamit dan mengakhiri obrolan ini:
Maaf kawan
Tubuh lemah ini memaksa untuk disandarkan
Sekedar menghapus sedikit nestapa dalam angan
Semoga esok akan tetap lahir sang jabang bayi harapan
Salam buat keluarga sekalian

Maka kawan Muharam menutup:
Biarkan malam menyelimuti kedamaian.. selamat beristirahat sobat

Satu pertanyaannya yang tidak sempat aku balas:
Adakah sobat menemukan kenikmatan tersendiri ketika kita membangunkan anak kita untuk bangun saur... tapi sianak malah 'peperengkelan' dibawah selimut...

Maaf kawan, aku terburu untuk terlelap semalam.

*sebuah percakapan dengan seorang kawan, Rahmat Muharam

Indramayu, 3 Juli 2014

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar