KIKIR
Suatu sore di sebuah warung kopi, Bewok mendapatkan gerutuan seorang temannya sesama pengamen lampu merah. Temannya menggerutu bahwa dia baru saja kehilangan uang sebesar sepuluh ribu rupiah.
"Sudahlah, tidak usah kau pikirkan, minumlah dulu, biar aku yang traktir", hibur Bewok.
"Bukan begitu Wok, lama aku kumpulkan uang seratus ribu, saat sudah terkumpul, sekarang malah hilang sepuluh ribu, sial" ujar temannya gusar.
"Lho kan uangmu masih sembilan puluh ribu to?, masih untung yang hilang yang sepuluh ribu. Lha gimana kalau yang hilang yang sembilan puluh ribu? Ya sudah, diminum dulu itu kopinya", Bewok berusaha menghibur.
"Yaaaa tapi kan tidak genap seratus ribu lagi. Ini benar kau yang traktir Wok? Boleh ya aku tambah kopinya" pinta temannya setelah segelas kopinya tandas.
Bewok tersenyum, "iya, biar aku yang bayar kopinya".
Setelah gelas kedua kopinya tersaji, belum juga terlihat tanda kegusaran di hati temannya itu reda. Bewok masih mendengar gerutuan yang kini lebih bernada umpatan, entah kepada siapa.
Penuh juga akhirnya guci kesabaran Bewok untuk menampung semua gerutuan temannya itu dan sambil menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan, Bewok berkata "sudahlah, tidak usah kau pikirkan lagi uang sepuluh ribumu yang hilang. Ini aku ganti sepuluh ribumu".
Sambil menerima uang sepuluh ribu dari Bewok, temannya masih juga menggerutu "kalau saja uangku tidak hilang, pastinya sekarang aku punya seratus sepuluh ribu, sial".
Bewok masih tersenyum dan lantas meninggalkan temannya itu setelah membayar minum.
Kamarin, saat pulang kampung, setelah lima belas tahun peristiwa itu, Bewok berjumpa lagi dengan temannya. Dia jumpai temannya kini sudah menjadi orang yang kaya raya.
Jatibarang, 7 Agustus 2014
Tulisaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar