MASA
KINI
(Edisi Serius)
Di tiap-tiap masa orang selalu bilang "aduh sekarang sih susah, harga-harga serba mahal, lebih enak dulu, semuanya serba murah". Belum pernah ada yang bilang "aduh sekarang sih enak, harga-harga serba murah, dibanding dulu, harga-harga serba mahal".
Sebagian orang menganggap masa lalu selalu lebih menyenangkan dibandingkan dengan masa kini. Dengan kata lain, orang menjadi lebih cocok bila hidup di masa lalu.
Penilaian seperti ini sah-sah saja. Hanya saja kalau direnungkan kembali, akan muncul pertanyaan "kalau seperti ini terus, kapan kita akan berada pada suatu masa yang aktual dan itu cocok dengan harapan kita?". Sepertinya kita tidak akan pernah bertemu dengan masa itu.
Kalau ada penilaian seperti itu, aku melihatnya sebagai suatu gejala gagal mengikuti jaman. Kita selalu tertinggal dan tidak pernah berhasil dalam proses penyesuaian diri terhadap situasi aktual. Menilai masa lalu selalu lebih enak dibandingkan dengan masa kini adalah pengungkungan jiwa, membenamkan angan pada keindahan masa yang sudah lewat. Setiap masa memiliki takdirnya masing-masing.
Memang kita tidak akan pernah menemukan lagi harga-harga yang murah seperti di masa lalu di masa kini. Tetapi masalah enak tidak enaknya hidup adalah masalah bisa tidaknya kita menikmati hidup dengan setiap keadaannya. Ini tergantung pada cara pandang atau respon hati kita pada setiap masalah bahkan pada setiap anugerah.
Maka jadikanlah tiap-tiap masa bagaikan ladang garapan baru. Garaplah ladang itu layaknya petani menikmati setiap ayunan cangkulnya di bawah teriknya matahari, tanpa mengeluh. Layaknya nelayan yang menghadapi dengan gagah setiap hantaman ombak pada perahunya. Layaknya seniman yang menghayati setiap kata dari puisi yang dibacakannya.
Jatibarang, 30 Agustus 2014
Tulisaja
Blog ini dengan sadar dibuat untuk menampung muntahan isi kepala yang seringkali lumer dan meleleh berupa tulisan yang kadang jelas kadang samar, kadang cerah kadang suram, kadang riang kadang murung. Semoga masih bisa dinikmati. Tino
Entri Populer
-
DI DUNIA Prosesnya adalah : 1. Lahir 2. Balita 3. Anak-anak 4. Remaja 5. Dewasa 6. Tua 7. Mati Catatan : Mati ...
-
PONDOK GEDE Bangunan inilah yang menjadi asal-usul nama daerah Pondok Gede. Sebuah kecamatan di perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi Barat. ...
-
KUACI Kasih Mungkin inilah cara terbaik kita menutup hari Biarkanlah hanya jari dan mulut kita yang menari mencari Habiskan sisa ...
-
NASI UDUK Nasi uduk berkawan karib dengan bawang goreng dan emping. Dari dulu begitu, ga pernah berubah. Ada kawan-kawan lain yang mengisi ...
-
KEROCO Namaku Keroco. Ini bukan nama samaran atau julukan, apalagi nama penaku. Sungguh ini nama asli pemberian orang tuaku yang tercantum ...
-
REALISTIS Sore ini Bewok pulang dengan membawa sebungkus amarah pada mukanya yang membara. Dia marah setengah gila usai mendengarkan sosial...
-
Gapura Pondok Gede Gapura ini adalah mulut jalan menuju bangunan besar itu, Pondok Gede. Jalannya menanjak berbatu. Di sisi kanan jalan, ad...
-
RELATIF Aku kaya juga miskin Aku pintar juga bodoh Aku baik juga buruk Aku bagus juga jelek Aku benar juga salah Aku ini juga itu Aku...
-
MAESAROH Akhirnya Bewok memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Pekerjaan yang sudah belasan tahun dia geluti, sebagai karyawan di sebua...
-
RUBIK Masih ingat dengan permainan ini? Mudah-mudahan masih ingat. Saat duduk di bangku SD, saya mencoba permainan ini, tidak pernah bisa,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar