Entri Populer

Senin, 01 Desember 2014

Bosan

BOSAN

Tiba-tiba aku merasa bosan dengan kepalaku ini. Bukan soal sudah lamanya waktu yang dilewati olehnya untuk bertengger di ujung leherku. Walau sudah empat puluh lima tahun dia melekat, aku fikir bukan itu alasan aku bosan padanya. Bukan juga soal bentuk dan tampang yang terukir pada permukaannya karena aku punya tampang yang, alhamdulillah, lumayan. Sejujurnya, sudah beberapa waktu yang lalu perasaan itu muncul. Tapi tidak seserius dan segawat ini. Tidak se-emergency saat ini.

Pernah beberapa minggu yang lalu, saat melewati penjual es kelapa muda, tiba-tiba aku mendambakan salah satu kelapa hijau itu yang ada di bagian atas tubuhku, bukan kepala ini. Toh namanya hanya beda-beda tipis. Terbayang sejuknya kalau kelapa hijau itu bisa menggantikan kepala ini. Pastinya yang tengah bergolak di dalam akan menjadi tenang, sejuk dan tentram.

Atau sekali waktu aku melewati tumpukan semangka yang baru saja dipanen di sisi ladang. Belum jauh aku lewati tumpukan semangka itu, salah satunya yang berukuran ideal sudah terbayang menempel menggantikan kepalaku. Segera saja perasaan nyaman dan sejuk menyebar ke sekujur tubuhku melewati seluruh pembuluh-pembuluh darahku. Rasa sejuk dan segar yang berasal dari semangka itu segera saja hilang saat aku menyadari bahwa yang tengah anteng di ujung leher ini masih kepalaku ini.

Pernah juga aku berharap salah satu gumpalan awan gelap dari langit mendung yang menggantikan kepala ini. Aku tahu ada butir-butir hujan bergelayut riuh dan rapat di setiap tandannya. Terbayang sejuknya bila awan itu bisa menggantikan kepalaku barang sejenak. Tapi ini sangat beresiko. Aku sangat tidak berharap awan yang menggantikan kepalaku itu melahirkan halilintar.

Indramayu, 13 Oktober 2014

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar