Entri Populer

Senin, 01 Desember 2014

Sepatu

SEPATU

Di saat akan mengenakan sepatunya, Bewok terperanjat kaget. Tiba-tiba saja sepasang sepatu itu protes.

"Begini gan, sebenernya udah lama nih kita bedua pengen komplen ke agan, cuma baru sekarang nih kayanya waktu yang pas untuk kita berdua nih ngomong" begitu salah satu dari sepasang sepatu itu membuka protesnya.

Bewok melongo tidak percaya dengan pendengarannya, tapi tidak ada orang lain di situ.

Tanpa memberi kesempatan, sepatu tadi melanjutkan "kita berdua nih ga ngerti, kenapa ane yang agan beli dengan harga mahal kok cuma untuk diinjek-injek, nah ntu peci yang cuma dua puluh rebu perak, ditaronya di atas kepala terus, sekali-sekali boleh dong tuker tempat".

Bewok makin melongo, bingung kenapa itu sepatu bisa ngomong ke dia, dan yang bikin dia tambah bingung, gimana cara dia kasih tanggapan, "gua belom pernah belajar bahasa sepatu" pikirnya.

"Bagaimana gan?" kejar sepatu itu.

"Bagaimana apanya" pikir Bewok bertanya.

"Lho kok bagaimana apanya?, phan tadi kita usul, gimana kalo kita berdua nih tuker tempat ama tu peci", sepatu itu menyambar.

Bewok takjub, "kok bisa dia baca pikiran gua".

"Ya iya lah, kita bisa baca pikiran agan, phan kita sepatu yang tiap hari agan injek-injek, jadi kita berdua nih udah menyatu sama agan, begitu"

"Begitu ya?" Bewok membatin

"Lha iya begitu" sahut sepatu sigap.

Lalu "jadi gimana gan, bisa ga tuker tempatnya?".

 Bewok semakin bingung. Ini bukan perkara gampang. Membiarkan sepatu itu bertengger seharian di atas kepalanya bukan sekedar menaruh sepasang sepatu di atas kepala, tapi juga masalah kehormatannya. Apa nanti kata orang.

"Ga bisa" jawab Bewok cepat.

"Ga bisa?" tanya sepatu tadi.

"Ya" tukas Bewok tegas.

"Kenapa ga bisa gan?"

"Pokoknya ga bisa" Bewok mulai emosi.

"Lho, ga bisa harus ada alasannya dong gan"

"Pokoknya sekali ga bisa ya ga bisa, ga pake alasan" lalu "lagian masa gua harus kasih alasan ke sepatu?" Bewok benar-benar emosi.

Bewok sebenarnya tidak tahu alasannya kenapa dia bilang tidak bisa. Dia hanya membayangkan bagaimana orang-orang akan mentertawakannya saat malihat dia dengan sepasang sepatu di atas kepalanya.

"Lagian emang ente berdua mau apa kalo gua ga nurutin kemauan ente?" tanya Bewok.

"Waduh, jangan begitu gan, bisa bahaya buat agan. Kalo kita berdua lagi ngambek nih, jalannya bisa ga kekontrol. Bisa jadi saat agan jalan di pinggir jalan, kita bisa bawa agan ke tengah jalan. Atau saat agan bawa mobil, agan mau ijek rem malah injek gas, mau injek gas malah injek rem. Ketemu orang, agan bisa tendang orang itu tanpa sebab. Apa itu bukan bahaya namanya?" sepatu itu menjelasakan.

"Begitu ya?" tanya Bewok.

"Iya begitu gan, coba aja kalo agan ga percaya".

"Waduh ga, ga mau coba-coba", pikir Bewok.

"Ok, hari ini gua ga mau pake ente dulu, dan untuk permintaan ente, gua pikir-pikir dulu", tutup Bewok.

"Ok kita tunggu, jangan kelamaan gan mikirnya"

Tiba-tiba muncul nyonya Bewok, "kenapa pah, kok belum juga berangkat kerja?" tanya nyonya Bewok melihat suaminya masih terdiam di depan rak sepatu.

"Iya mah, belum" jawab Bewok.

"Kenapa? Nanti telat" nyonya Bewok bertanya.

Akhirnya Bewok menceritakan semua yang baru saja dia alami.

"Sudahlah, buang aja itu sepatu. Jadi sepatu aja ko rewel" saran nyonya Bewok.

"Tapi mah.."

"Sudah buang aja sepatu rewel kaya gitu, berangkat kerja pake sandal aja dulu, alasan apa kek, catengan atau apa gitu" kembali nyonya Bewok memberi saran.

"Nih uang buat beli sapatu gantiin itu sepatu rewel" lanjut nyonya Bewok sambil mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya dan memberikannya ke Bewok.

Bewok pun menuruti saran istrinya dan segera berangkat kerja sambil menenteng kantong kresek berisi sepasang sepatu tadi.

"Kalo emang kepingin sepatu baru, kenapa ga ngomong aja dari tadi, ga usah ngarang-ngarang cerita aneh segala macem. Dari dulu kok ga berubah" batin nyonya Bewok merajuk.

Indramayu, 4 Pebruari 2014

Tulisaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar